Ketergantungan anak pada tayangan televisyen sudah sangat tinggi dan mencapai titik yang membimbangkan, karena itu semua pihak wajib memberikan perlindungan bagi tumbesaran anak tersebut. Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, Koalisi Nasional Hari Tanpa Televisyen (HTT) mencanangkan gerakan: Turn off TV, Turn on Live! Matikan TV dalam Sehari pada tanggal 20 July akan datang.
Pemerhati dari Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), Nina Mutmainnah Armando, mengatakan, HTT tidak bermaksud memusuhi televisyen, melainkan sebagai gerakan untuk membangun sikap bijak terhadap penggunaan TV.
"Kadangkala kita lupa, tombol "ON" pada televisyen tidak harus selalu menyala. Jadi, gerakan ini bukan untuk memusuhi TV. Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan anak pada TV dan pernyataan keprihatinan masyarakat terhadap isi kandungan TV yang tidak sehat dan tidak baik untuk anak-anak, " jelasnya pada jumpa pers, di kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jakarta, Senin (14/7).
Sasaran gerakan HTT adalah mengajak 1 juta keluarga di seluruh Indonesia untuk mematikan TV dalam satu hari pada tanggal 20 July. Khususnya, keluarga yang memiliki anak usia prasekolah dan sekolah rendah.
Beberapa alternatif yang diberikan YPMA, keluarga boleh melakukan kegiatan bersama yang menciptakan interaksi antara anak dengan keluarga dan lingkungan sosialnya . Masa menonton TV yang sangat tinggi pada anak membuat mereka lupa akan komuniti sosialnya.
Penelitian YPMA tahun 2006 menunjukkan, jumlah masa menonton TV pada anak-anak usia sekolah rendah berkisar 30-35 jam dalam satu minggu. Jumlah ini dinilai terlalu besar untuk hiburan yang kurang sehat bagi anak dan remaja.
Jika kira-kira, maka jumlah jam menonton TV mencapai lebih dari 1.600 jam dalam satu tahun. Bandingkan dengan jumlah jam belajar di sekolah rendah negeri yang hanya sekitar 740 jam setahun. "Padahal, menurut para ahli, anak menonton televisyen maksimum 2 jam dalam sehari, " jelas Nina.
Sementara itu, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Fetty Fajriati Miftach menyatakan sokongannya terhadap Hari Tanpa TV. Dan, Ia mengajak keluarga untuk memberikan alternatif lain kepada anak selain menonton TV.
"Kami bukannya menolak, malah kami KPI menyokong, kerana kami mengetahui bahwa HTT bukan untuk menyuruh anak tidak menonton televisyen sepenuhnya. Bagaimanapun televisyen itu memiliki dua sisi, positifnya kita pegang kita perbolehkan anak-anak untuk menonton televisyen, dan yang negatifnya kita jaga, " kata Fetty.
Ia mengakui, kenaikan harga BBM yang mempengaruhi daya beli masyarakat dan menurunkan kemampuan ekonomi keluarga, menjadi penyebab televisyen menjadi hiburan yang utama dalam masyarakat dewasa ini.
Kerana, lanjut Fetty, masyarakat diminta untuk memberikan cara lain, sebagai alternatif agar anak-anak tidak tergantung pada televisyen sebagai hiburan satu-satunya.
"Memang tatapan yang diserap itu, tatapan yang mudah dicerna, dan terkadang tidak mendidik, ini yang kita lontarkan kepada masyarakat untuk mencarikan alternatif penggantinya, " katanya.
Sosialisasi Hari Tanpa TV 2008 ini akan dilanjutkan dengan aksi damai di Bunderan Hotel Indonesia, pada Jum'at 18 Juli mulai pukul 09-11 WIB. Hari Tanpa Televisyen ini merupakan yang ketiga kalinya, sejak ditubuhkan pada tahun 2006 lalu.Sumber
Tiada ulasan:
Catat Ulasan