Halaman

Khamis, 3 April 2008

Belanda Janji, Film Anti-Islam Kedua Setelah "Fitna" Tidak Akan Disiarkan

Ehsan Jami, warga Belanda keturunan Iran berjanji tidak akan mempulikasikan film buatannya, yang dikhawatirkan akan makin memicu kemarahan umat Islam, karena dalam filmnya Jami menampilkan sosok Nabi Muhammad yang disebutnya mengidap kelainan seksual.

Jami menyatakan memutuskan untuk tidak mempublikasikan secara luas filmnya yang diberi judul "The Life of Muhammad" itu dalam sebuah acara di Netwrek TV. Sebelumnya, Jami mengatakan akan merilis film tersebut pada 20 April mendatang dan klip film tersebut sempat ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi di Belanda. Dalam klip film itu, ditampilkan sosok seorang laki-laki yang disebut sebagai Nabi Muhammad Saw ditemani seorang isterinya, yang dikatakan masih berusia 9 tahun.

Dalam acara tv itu Jami mengatakan bahwa ia sudah diajak bicara oleh Menteri Kehakiman Belanda Ernst Hirsch Ballin tentang filmnya dan mengatakan bahwa penayangan film itu akan mengganggu keharmonisan masyarakat Belanda dan kepentingan nasional Belanda.

Kepastian bahwa Jami tidak akan menayangkan film anti-Islamnya, juga diungkapkan oleh anggota Dewan Kordinasi Muslim Belanda, Ayhan Tunja. "Saya bisa memastikan bahwa Ehsan Jami telah memutuskan untuk tidak menyiarkan film kontroversialnya itu, " tukas Tunja.

"Menteri Kehakiman sudah mengatakan pada Jami bahwa ia tidak akan bertanggung jawab atas apa yang akan terjadi, jika Jami menyiarkan filmnya, " sambung Tunja.

Secara khusus ia berterima kasih pada pemerintah Belanda yang telah melakukan upaya untuk mencegah disiarkannya film anti-Islam kedua setelah film "Fitna" yang dibuat Geert Wilders.

"Kami sudah merencanakan pertemuan dengan menteri kehakiman untuk mempertegas bahwa film Jami sama sekali tidak bisa diterima dan akan memicu kekerasan di seluruh dunia. Kami lega, menteri sudah bereaksi cepat bahkan sebelum kami bertemu, " kata Tunja.

Lebih lanjut Tunja mengatakan, pemerintah Belanda tidak bisa melakukan hal yang sama pada Wilders, karena kasusnya berbeda. "Tak seorang pun menyaksikan atau tahu apa isi film Wilders sebelumnya, itulah sebabnya pemerintah tidak bisa berbuat sesuatu. Tapi dalam kasus Jami, bagian film kartunnya sudah ditampilkan di televisi terlebih dulu sehingga pemerintah bisa menyatakan bahwa materi film tersebut tidak bisa diterima, " jelas Tunja. (ln/iol)


http://www.eramuslim.com/berita/int/8402095506-belanda-janji-film-anti-islam-kedua-setelah-quotfitnaquot-tidak-akan-disiarkan.htm?prev

Tiada ulasan: